Program yang berjalan sepanjang Desember 2024 ini bukan sekadar distribusi pangan. Kepala Dinas Perikanan menegaskan, langkah ini adalah komitmen serius pemerintah daerah dalam mengoptimalkan potensi perikanan lokal untuk perbaikan gizi masyarakat.
“Ikan merupakan sumber protein hewani yang kaya omega-3, asam amino esensial, dan mineral penting bagi tumbuh kembang anak. Konsumsi ikan secara rutin terbukti mencegah stunting. Melalui bantuan ini, kami berharap kebutuhan gizi ibu hamil dan anak-anak bisa terpenuhi,” jelasnya.
Awalnya, hanya 54 desa yang ditetapkan dalam SK Bupati Sukabumi Nomor: 400.7.1/kep-401 Bappelitbangda/2023 sebagai lokus prioritas stunting. Namun, hasil koordinasi dengan Kecamatan Jampang Kulon mengubah skema: seluruh 11 desa di kecamatan tersebut akhirnya disertakan agar tidak ada kesenjangan penerima manfaat.
Alhasil, jumlah keluarga penerima manfaat pun disesuaikan. Dari semula 90 keluarga per desa, berubah menjadi 80–82 keluarga per desa. Total bantuan disalurkan dalam tiga bentuk:
-
Abon ikan (untuk desa yang akses terhadap ikan segar lebih mudah),
-
Ikan nila segar,
-
Ikan mas segar.
Setiap paket terdiri dari 3 bungkus abon ikan atau 2 kg ikan nila atau 2 kg ikan mas.
Kadis Perikanan menambahkan, pilihan tiga komoditas ini bukan tanpa alasan. Selain kaya gizi, pola bantuan ini sekaligus mendorong tumbuhnya UMKM perikanan lokal seperti pengolah abon dan pembudidaya ikan air tawar.
“Kami ingin masyarakat terbiasa makan ikan, sekaligus membantu meningkatkan daya jual produk nelayan dan pelaku usaha perikanan Sukabumi,” ujarnya.
Proses distribusi tidak sepenuhnya mulus. Curah hujan tinggi di penghujung tahun menyebabkan bencana alam di sejumlah titik, mulai dari tanah longsor, sungai meluap, hingga pergerakan tanah di wilayah Jampangkulon, Cidolog, Surade, dan Lengkong.
Kondisi ini memperlambat distribusi, ditambah padamnya listrik dan hilangnya sinyal komunikasi di beberapa daerah. Akhirnya, Dinas Perikanan mengambil langkah adendum penambahan waktu pekerjaan agar bantuan tetap bisa disalurkan tepat sasaran.
Meski penuh tantangan, kerja sama dengan pemerintah desa dan kader posyandu membuat bantuan tetap tersampaikan langsung ke tangan keluarga penerima manfaat.
Masyarakat di desa-desa penerima menyambut positif program ini. Para kepala desa bahkan secara terbuka menyampaikan apresiasi karena program stunting tidak hanya berbicara teori, tetapi hadir nyata di tengah masyarakat.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 yang dirilis Mei 2025, angka stunting di Sukabumi berhasil turun signifikan dari 27% (2023) menjadi 20,5% (2024). Meski masih di atas target nasional 14%, penurunan 6,5% dalam setahun menjadi indikator keberhasilan awal dari intervensi terpadu, salah satunya lewat program pangan bergizi berbasis ikan ini.
Kadis Perikanan mengingatkan, stunting bukan sekadar isu tinggi badan. Dalam jangka pendek, anak yang mengalami stunting rentan mengalami gangguan perkembangan otak, metabolisme, dan daya tahan tubuh. Dalam jangka panjang, dampaknya bisa berupa penurunan kecerdasan, kerentanan penyakit, hingga rendahnya produktivitas generasi di masa depan.
Karena itu, program ini bukan berhenti di distribusi bantuan saja. Pemerintah Kabupaten Sukabumi menegaskan akan terus mendorong sinergi lintas sektor untuk mempercepat penurunan stunting, memastikan generasi masa depan tumbuh lebih sehat, cerdas, dan produktif.